Senin, 22 September 2014

Fabel: mAi, Singa yang Kenyang



Setelah sepasang matanya pertama kali digunakan untuk menatap isi dunia, pemandangan buruk pun langsung tertangkap indera pengelihatannya. Seonggok tubuh singa betina yang berbalut darah, tampak beberapa bagian yang hancur entah kenapa. 

            Tubuh bayi singa itu masih begitu lemah, dan berusaha mencerna keadaan di sekitarnya. Meski menyadarinya, dia tak tau apa yang harus diperbuatnya ketika seekor singa jantan sangat besar datang dari arah jam sebelas nya. 

Singa besar itu langsung saja menerkam dan melukai salah satu kaki depannya. Namun dia cukup beruntung, karena anak singa di sampingnyalah yang menjadi korban. Singa kecil itu tertatih berusaha melarikan diri. 

Bayi singa malang yang kemudian disebut mAi itu tiba di sabana yang cukup jauh dari tempat kejadian memilukan pertama dalam hidupnya, tapi masih dalam wilayah Mesir. Hewan itu kemudian menetap dan tumbuh menjadi singa muda yang sangat kuat dan ganas. 

Banyak singa yang takut padanya, apalagi tubuhnya punya berat 350 kilogram, melebihi berat Barbary Lion (jenis singa terbesar yang sangat susah kau temui di zaman ini) lainnya. Ini yang membuatnya suka berhasrat untuk menikmati daging manusia. 

Meski ditakuti baik hewan maupun manusia, mAi tipe singa yang suka menyendiri. Jika dia sudah mendapat yang diinginkannya, mAi akan menyingkir dan berdiam. Tapi kalau sedang lapar jangan tanya, semua yang ada di hadapannya akan hancur tak bersisa. 

Barbary Lion (img source : )
Hari itu, entah kenapa mAi merasa bosan dengan perburuannya selama ini, lalu tiba-tiba melangkah pergi. Hewan-hewan yang berada di tempat yang akan dilewati mAi, berusaha sembunyi bermandikan rasa takut yang mencekam. Tapi ternyata dugaan mereka salah, mereka luput seperti beberapa tahun yang lalu. 

mAi telah berjalan jauh sekali, dia sama sekali tak mengenali daerah tempatnya berpijak kini. mAi tak ingat kapan terakhir kali dia makan, lalu beristirahat dan menutup matanya. Sungguh perilaku aneh yang tak wajar dilakukan hewan semenakutkan itu. 

Singa itu merasa sesuatu menancap di tubuhnya dan memberikan efek nyeri sekali. Panah kedua mendarat di kaki depan di mana bekas luka itu tertoreh. mAi mengurungkan niat untuk melawan, dan hanya diam saja menyaksikan manusia-manusia kecil mengurusnya. mAi tak mengerti bahasa manusia, tapi dari ekspresi wajahnya mereka tampak sangat bangga telah menangkap mAi. 

mAi dibawa ke sebuah tempat, tempat di mana beragam jenis singa beringas dikandangkan bersama. Meski bertubuh paling besar dan ganas, sebagai anggota baru mAi memilih untuk tetap diam sembari menikmati nyeri-nyeri yang menjalar ketika para manusia itu melepas beberapa anak panah dari badannya. 

Bisa dibilang, mereka cukup terpelihara di sana. Suatu saat, mAi merasa kiriman makanan sudah lama tak datang dan mAi pun kembali garang. mAi mengaum, auman paling keras yang pernah terdengar. 

“Mana makanan ku, mana, kenapa lama tidak datang, aku tak sabar lagi..” aum mAi. Singa besar lain pun ikut protes. “Aku sangat laparr. Apa mereka kehabisan makanan untuk kita? Akan aku makan mereka sendiri.” 

Singa paling besar di gua itu pun menimpali, “Aku juga sudah lama tak menikmati kelezatan daging manusia, akan aku cari manusia sebagai mangsaku begitu pintu gua dibuka nanti.” Ocehan mAi ternyata menimbulkan semangat yang membuat seisi gua turut mengaum. mAi menyeringai ganas, memamerkan seluruh gigi kuat dan cakar tajamnya, serta mengibaskan surai tebalnya. 

Ternyata hanya ada satu Singa yang diam sedari tadi. Ketika suasana mulai tenang, Singa kecil itu membuka suara. “Sebentar lagi akan ada manusia yang dimasukkan ke dalam gua ini. Tapi aku mohon jangan makan dia, karena dia temanku. Kalian juga tidak akan mau memakannya.” 

“Tau dari mana kamu hah? Lagipula, sejak kapan seekor singa berteman dengan manusia? Kau sendiri juga tak mengerti bahasa manusia.” “Apa teman mu ini punya badan kecil? Meski dagingnya sangat sedikit, kami tetap akan memakannya karena kami sangat lapar!” 

Tiba-tiba terjadilah sesuatu yang tak bisa mereka mengerti. Muncul sinar dari arah pintu gua. Pintu itu terbuka, dan masuklah sesuatu yang sangat ingin mereka makan, manusia! Lelaki itu berwajah gugup, namun kemudian berangsur tenang. 

Singa-singa tersebut tentu meneteskan air liur tanda sangat mengingini daging manusia yang datang tanpa diminta itu, terutama mAi yang keganasannya muncul kembali. Tapi sungguhlah aneh, mereka merasa ingin menunda-nunda untuk memangsa, bahkan menyentuh manusia itu. 

Lelaki itu melakukan sesuatu yang tak dipahami oleh para singa, kecuali sang Singa kecil (yang tanpa mereka sadari telah menghilang secara misterius). Manusia itu menekuk kakinya, lalu sendinya (lututnya) bertumpu pada dinding gua pengap itu. Seketika para singa itu merasakan sesuatu yang aneh, sebuah rasa yang tak bisa mereka jelaskan, campuran antara gembira, sedih, sangat haus dan lapar, puas, dan berbagai rasa lain dalam satu waktu, perasaan yang sesungguhnya pernah mereka rasakan ketika sedang berbicara dengan si Singa kecil. 

Entah apa yang jadi penyebabnya, singa-singa itu cuma duduk, diam tanpa melakukan apapun (seperti yang biasa dilakukan mAi) memandangi ‘calon’ mangsanya. Rasa kenyang yang aneh pun memenuhi mereka, terutama mAi yang paling lapar . 

Setelah beberapa waktu, sepertinya tibalah mereka pada saat perpisahan dengan manusia menakjubkan yang ‘tak bisa dimakan’ itu. Manusia itu mengucapkan kata-kata dalam bahasa manusia, kepada seseorang di luar gua dan kepada para singa, lalu tersenyum, senyum yang selalu mereka ingat dan selalu membuat mereka kenyang, bahkan sampai akhir zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar