Setelah
sepasang matanya pertama kali digunakan untuk menatap isi dunia, pemandangan
buruk pun langsung tertangkap indera pengelihatannya. Seonggok tubuh singa
betina yang berbalut darah, tampak beberapa bagian yang hancur entah kenapa.
Tubuh bayi singa itu masih begitu lemah, dan berusaha
mencerna keadaan di sekitarnya. Meski menyadarinya, dia tak tau apa yang harus
diperbuatnya ketika seekor singa jantan sangat besar datang dari arah jam sebelas
nya.
Singa
besar itu langsung saja menerkam dan melukai salah satu kaki depannya. Namun
dia cukup beruntung, karena anak singa di sampingnyalah yang menjadi korban.
Singa kecil itu tertatih berusaha melarikan diri.
Bayi
singa malang yang kemudian disebut mAi itu tiba di sabana yang cukup jauh dari tempat
kejadian memilukan pertama dalam hidupnya, tapi masih dalam wilayah Mesir.
Hewan itu kemudian menetap dan tumbuh menjadi singa muda yang sangat kuat dan
ganas.
Banyak
singa yang takut padanya, apalagi tubuhnya punya berat 350 kilogram, melebihi
berat Barbary Lion (jenis singa terbesar yang sangat susah kau temui di zaman
ini) lainnya. Ini yang membuatnya suka berhasrat untuk menikmati daging
manusia.
Meski
ditakuti baik hewan maupun manusia, mAi tipe singa yang suka menyendiri. Jika
dia sudah mendapat yang diinginkannya, mAi akan menyingkir dan berdiam. Tapi
kalau sedang lapar jangan tanya, semua yang ada di hadapannya akan hancur tak
bersisa.
Barbary Lion (img source : ) |
Hari
itu, entah kenapa mAi merasa bosan dengan perburuannya selama ini, lalu tiba-tiba
melangkah pergi. Hewan-hewan yang berada di tempat yang akan dilewati mAi,
berusaha sembunyi bermandikan rasa takut yang mencekam. Tapi ternyata dugaan
mereka salah, mereka luput seperti beberapa tahun yang lalu.
mAi
telah berjalan jauh sekali, dia sama sekali tak mengenali daerah tempatnya
berpijak kini. mAi tak ingat kapan terakhir kali dia makan, lalu beristirahat
dan menutup matanya. Sungguh perilaku aneh yang tak wajar dilakukan hewan
semenakutkan itu.
Singa
itu merasa sesuatu menancap di tubuhnya dan memberikan efek nyeri sekali. Panah
kedua mendarat di kaki depan di mana bekas luka itu tertoreh. mAi mengurungkan
niat untuk melawan, dan hanya diam saja menyaksikan manusia-manusia kecil
mengurusnya. mAi tak mengerti bahasa manusia, tapi dari ekspresi wajahnya
mereka tampak sangat bangga telah menangkap mAi.
mAi
dibawa ke sebuah tempat, tempat di mana beragam jenis singa beringas
dikandangkan bersama. Meski bertubuh paling besar dan ganas, sebagai anggota
baru mAi memilih untuk tetap diam sembari menikmati nyeri-nyeri yang menjalar
ketika para manusia itu melepas beberapa anak panah dari badannya.
Bisa
dibilang, mereka cukup terpelihara di sana. Suatu saat, mAi merasa kiriman
makanan sudah lama tak datang dan mAi pun kembali garang. mAi mengaum, auman
paling keras yang pernah terdengar.
“Mana
makanan ku, mana, kenapa lama tidak datang, aku tak sabar lagi..” aum mAi.
Singa besar lain pun ikut protes. “Aku sangat laparr. Apa mereka kehabisan
makanan untuk kita? Akan aku makan mereka sendiri.”
Singa
paling besar di gua itu pun menimpali, “Aku juga sudah lama tak menikmati
kelezatan daging manusia, akan aku cari manusia sebagai mangsaku begitu pintu
gua dibuka nanti.” Ocehan mAi ternyata menimbulkan semangat yang membuat seisi
gua turut mengaum. mAi menyeringai ganas, memamerkan seluruh gigi kuat dan
cakar tajamnya, serta mengibaskan surai tebalnya.
Ternyata
hanya ada satu Singa yang diam sedari tadi. Ketika suasana mulai tenang, Singa
kecil itu membuka suara. “Sebentar lagi akan ada manusia yang dimasukkan ke
dalam gua ini. Tapi aku mohon jangan makan dia, karena dia temanku. Kalian juga
tidak akan mau memakannya.”
“Tau
dari mana kamu hah? Lagipula, sejak kapan seekor singa berteman dengan manusia?
Kau sendiri juga tak mengerti bahasa manusia.” “Apa teman mu ini punya badan
kecil? Meski dagingnya sangat sedikit, kami tetap akan memakannya karena kami
sangat lapar!”
Tiba-tiba
terjadilah sesuatu yang tak bisa mereka mengerti. Muncul sinar dari arah pintu
gua. Pintu itu terbuka, dan masuklah sesuatu yang sangat ingin mereka makan,
manusia! Lelaki itu berwajah gugup, namun kemudian berangsur tenang.
Singa-singa
tersebut tentu meneteskan air liur tanda sangat mengingini daging manusia yang
datang tanpa diminta itu, terutama mAi yang keganasannya muncul kembali. Tapi
sungguhlah aneh, mereka merasa ingin menunda-nunda untuk memangsa, bahkan
menyentuh manusia itu.
Lelaki
itu melakukan sesuatu yang tak dipahami oleh para singa, kecuali sang Singa
kecil (yang tanpa mereka sadari telah menghilang secara misterius). Manusia itu
menekuk kakinya, lalu sendinya (lututnya) bertumpu pada dinding gua pengap itu.
Seketika para singa itu merasakan sesuatu yang aneh, sebuah rasa yang tak bisa
mereka jelaskan, campuran antara gembira, sedih, sangat haus dan lapar, puas,
dan berbagai rasa lain dalam satu waktu, perasaan yang sesungguhnya pernah
mereka rasakan ketika sedang berbicara dengan si Singa kecil.
Entah
apa yang jadi penyebabnya, singa-singa itu cuma duduk, diam tanpa melakukan
apapun (seperti yang biasa dilakukan mAi) memandangi ‘calon’ mangsanya. Rasa
kenyang yang aneh pun memenuhi mereka, terutama mAi yang paling lapar .
Setelah
beberapa waktu, sepertinya tibalah mereka pada saat perpisahan dengan manusia
menakjubkan yang ‘tak bisa dimakan’ itu. Manusia itu mengucapkan kata-kata
dalam bahasa manusia, kepada seseorang di luar gua dan kepada para singa, lalu
tersenyum, senyum yang selalu mereka ingat dan selalu membuat mereka kenyang,
bahkan sampai akhir zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar